Sabtu, 24 Maret 2012

dinamika kelompok sosial


DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL

Kelompok sosial pasti mengalami perubahan. Tidak bersifat statis atau stagnan. Perkembangan kelompok sosial beserta perubahannya dikenal dengan dinamika kelompok sosial. Pengertian dinamika kelompok sosial adalah proses perubahan dan perkembangan akibat adanya interaksi dan interdependensi, baik antaranggota kelompok maupun antara anggota suatu kelompok dengan kelompok lain.
Ruth Benedict mengungkapkan terdapat pokok persoalan ( aspek) yang dipelajari dalam dinamika kelompok sosial, diantaranya:
a.       kohesi atau persatuan
Dalam persoalan kohesi akan terlihat tingkah laku para anggota dalam suatu kelompok, seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan dan nilai-nilai dalam kelompok.
b.      motif atau dorongan
Persoalan motif  berkisar pada perhatian anggota terhadap kehidupan kelompok, seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama dan orientasi diri erhadap kelompok.
c.       Struktur
Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan , bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antaranggota, dan pembagian tugas.
d.      Pimpinan
Persoalan pimpinan sangat penting pada kehidupan kelompok sosial, hal ini terlihat pada bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan dan system kepemimpinan.
e.       perkembangan kelompok
Persoalan perkembangan kelompok dapat dilihat dari perubahan dalam kelompok, perpecahan kelompok, keinginan anggota untuk tetap berada dalam kelompok dan sebagainya.
Secara umum pengertian dinamika kelompok sosial adalah proses perubahan dan perkembangan akibat adanya interaksi dan interdependensi, baik antaranggota kelompok maupun antara anggota suatu kelompok dengan kelompok lain.
Dewasa ini banyak pihak menyadari pentingnya mempelajari dinamika kelompok sosial karena beberapa alas an berikut.
1.   Kelompok sosial merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang selalu ada dalam setiap masyarakat.
2.   Dinamika kelompok sosial berkaitan dengan perubahan sosial dan kebudayaan masyarakat sehingga relevan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan daerah.




Faktor-faktor pendorong dinamika kelompok sosial
            Adanya perkembangan dan perubahan dalam suatu kelompok sosial selalu berkaitan dengan faktor pendorong. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan dan perubahan dalam kelompok sosial.
1.      Faktor Pendorong Dinamika Kelompok Sosial dari Luar (ekstern):

Faktor pendorong dari luar kelompok merupakan pengaruh luar yang menyebabkan berkembangnya suatu kelompok sosial, di antaranya sebagai berikut:
a.       Perubahan situasi sosial
Adanya perubahan situasi sosial seperti pemekaran sebuah wilayah, masuknya indsutrliasasi ke daerah-daerah pedesaan, dan adanya penemuan-penemuan baru dapat mendorong perkembangan suatu kelompok sosial. Misalnya dalam masyarakat desa yang tergolong ke dalam klasifikasinkelompok paguyuban (gemeinschaft) ssetelah mengalami proses indsutrialisasi, maka pola hubungan dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tersebut dapat bergeser menjadi penganut nilai-nilai dan pola hubungan kelompok patembayan (gesellschaft), di antaranya nilai gotong-royong berubah menjadi nilai individualis
b.      Perubahan situasi ekonomi
Perubahan situasi ekonimi dapat menyebabkan suatu kelompok sosial berkembang. Misalnya, dalam masyarakat perkotaan yang memiliki tingkat perkembangan ekonomi yang lebih tinggi disbanding masyarakat pedesaan, maka hubungan sosial dalam kelompok kekerabatan akan bergeser menjadi hubungan sosial berdasarkan kepentingan sehingga kelompok kekerabatan yang termasuk dalam klasifikasi kelompok  sekunder.
c.       Perubahan situasi politik
Perubahan situasi politik seperti pergantian elite kekuasaan atau perubahan kebijaksanaan yang dilakukan elite kekuasaan dapat menyebabkan perkembangan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.



2.      Faktor Pendorong Dinamika Kelompok Sosial yang berasal dari Dalam (Intern):

Faktor ini merupakan kondisi dalam kelompok yang menyebabkan perkembangan suatu kelompok sosial, di antaranya sebagai berikut:

a.       Adanya konflik antaranggota kelompok
Konflik yang terjadi di dalam kelompok dapat menyebabkan keretakan dan berubahnya pola hubungan sosial, misalnya seseorang yang merasa termasuk ke dalam in group suatu kelompok sosial, karena terdapat konflik, maka menjadi out group dari kelompok tersebut. Akibat konflik yang terjadi di dalam kelompok dapat juga menyebabkan terpecahnya sebuah kelompok sosial.
b.      Adanya perbedaan kepentingan
Ketika dalam suatu kelompok sosial terdapat perbedaan kepentingan, maka kelangsungan kelompok sosial tersebut dapat terpecah. Anggota kelompok yang merasa tidak sepaham akan memisahkan diri dan bergabung dengan kelompok lain yang sepaham dengannya. Misalnya, munculnya kelompok volunteer di tengah-tengah masyarakat.
c.       Adanya Perbedaan paham
Perbedaan paham di antara anggota kelompok sosial dapat mempengaruhi kelompok sosial secara keseluruhan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap keberadaan suatu kelompok sosial.

Proses perkembangan berbagai kelompok sosial:
Dinamika kelompok sosial tidak lepas dari perkembangan kelompok sosial dari kelompok yang sederhana menjadi kelompok yang kompleks. Perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat dimulai dari kelompok sosial yang paling homogeny dan sederhana yaitu kelompok kekerabatan, yang kemudian berkembang menjadi kelompok sosial yang kompleks yaitu masyarkat perkotaan:
a.      Kelompok Kekerabatan
Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Keluarga inti (keluarga batih) terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga inti memberikan sosialisasi dan perlindungan kepada anak-anak dan mendidik mereka sampai mandiri.
Dari keluarga inti berkembang menjadi keluarga besar (extended family) yang lazim disebut kelompok kekerabatan. Dalam kelompok kekerabatan terdapat hubungan darah atau hubungan persaudaraan. Kelompok kekerabatan ini merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat.\
Dalam kelompok kekerabatan nilai-nilai tradisional masih dijunjung tinggi sehingga kehidupan kelompok terpusat pada tradisi kebudayaan yang telah dipelihara secara turun-menurun. Menurut Soerjono Soekanto, kemungkinan mengubah tradisi kebudayaan yang telah dipelihara secara turun temurun memang sulit, tetapi melalui proses inovasi yang dliakukan secara bertahap, perubahan-perubahan dalam kelompok kekerabtan dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama.

b.      Kelompok Okupasional
Pada dasarnya kelompok kekerabtan merupakan masyarakat homogeny yang menganut nilai-nilai, norma-norma, ataupun pola tingkah laku yang relative sama sehingga pembagian kerja dilakukan secara sederhana berlandaskan pada tradisi dan perbedaan jenis kelamin.
Dalam masyarakat tradisional belum terdapat spesisialisasi pekerjaan, tetapi tidak ada satu masyarakat pun yang benar-benar tertutup dari pengaruh luar. Ketika kelompok kekerabtan mendapat pengaruh dari luar, maka kelompok tersebut berkembang menjdai suatu masyarakat yang heterogen. Dalam masyarakat yang heterogen timbul spesifikasi pekerjaan atas dasar bakat dan kemampuan.
Pada perkembangan selanjutnya, spesifikasi semakin berkembang lebih khusus lagi, munculnya berbagai indsutri menuntut para pekerja bertanggung jawab pada satu unsure tertentu saja sehingga para pekerja semakin ahli dalam bidang tertentu dan kurang mampu mengerjakan pekerjaan lainnya.
Ketika masyarakat semakin maju, spesifikasi dikembangkan secara ilmiah melalui lembaga-lembaga pendidikan tertentu sehingga menghasilkan orang-orang yang ahli dalam ilmu-ilmu tertentu. Oleh sebab itu, muncullah kelompk-kelompok profesi (kelompok okupasional) yang terdiri dari kalangan professional yang memiliki etika profesi.
Misalnya: SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia), PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), IDI (Ikatan Dokter Indonesia), PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), dll

c.       Kelompok Volunter
Berkembangnya komunikasi secara luas dan cepat menyebabkan tidak ada satu masyarakat pun yang benar-benar tertutup terhadap dunia luar. Akibatnya, heterogenitas masyarakat semakin luas. Dengan semakin berkembangnya suatu masyarakat, maka tidak semua kebutuhan para anggota masyarakat terpenuhi. Oleh karena itu, muncullah kelompok-kelompok volunteer.
Kelompok volunteer terdiri dari orang-orang yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama, tetapi tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat yang semakin luas daya jangkaunya. Kelompok volunteer tersebut memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya secara mandiri tanpa mengganggu kepentingan masyarakat umum. Kelompok volunteer dapat berkembang menjadi kelompok yang mantap karena diakui oelh masyarakat umum. Kelompok volunteer di Indonesia, misalnya :
·         KIPP (Komite Independen Pemantau Pemilu) seperti LSI (Lingkar Survei Indonesia),
·         Partai Politik; PDIP-perjuangan, Partai Demokrat, dll
·         Ormas (Organisasi Kemasyarakatan); NU, Muhammadiyah, dll
·         LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) seperti Green Peace, Kontras, Forkot,dll

d.      Kelompok masyarakat pedesaan (Rural Community)

Masyarakat pedesaan merupakan masyarakat yang umumnya memiliki mata pencaharian bertani atau berkebun, system kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan, dan mempunyai hubungan yang erat serta mendalam di antara anggotanya.
Cara bertani masih dilakukan dengan cara yang tradisional dan tidak efisien karena belum dikenlanya mekanisasi dalam pertanian. Kegiatan bertani semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, bukan untuk dijual.
Dalam hal kepemimpinan, hubungan antara pemimpin dan rakyat berlangsung secara informal dan terkadang seorang pemimpin mempunyai beberapa kedudukan dan peranan yang sulit untuk dipisahkan sehingga segala sesuatu dipusatkan pada diri seorang kepala desa.
Perubahan pada masyarakat pedesaan sulit dilakukan karena pola piker masyarakatnya, terutama pola piker generasi tua yang masih didasarkan pada tradisi. Di samping itu, kurangnya proses pemerataan pembangunan dan informasi sering kali menimbulkan kondisi yang kontras antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat konsentrasi perkotaan.

e.       Kelompok masyarakat perkotaan (Urban community)

Masyarakat kota merupakan kelompok sosial yang mendiami wilayah yang luas, sebagain besar penduduknya bermata pencaharian di sector indsutri, jasa dan perdagangan. Keanggotaan masyarakat kota tidak saling mengenal, lebih terikat kontrak dan mulai meninggalkan tradisi.
            Masyarakat perkotaan mempunyai tatanan nilai yang heterogen, terdiri dari berbagai suku, agama, adat istiadat, menjalankan fungsi pusat administrative dan pusat komersial dan bahkan pusat administrative dan pusat komersil. Dan bahkan pusat konsentrasi kegiatan yang menjadi indicator modernisasi. Hal tersebut menyebabkan kota menjadi daya tarik bagi warga desa untuk melakukan urbanisasi.

Faktor-faktor dan penarik urbanisasi
            Urbanisasi terjadi karena adanya faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong biasanya disebabkan situasi desa yang mendorong warga desa untuk melakukan urbanisasi, sedangkan faktor penarik merupakan daya pikat kota yang menarik warga desa untuk berpindah ke kota.
            Faktor pendorong urbanisasi
a)      Sempitnya lapangan pekerjaan di desa
b)      Adanya generasi muda yang ingin memperbaiki kehidupan dan membebaskan diri dari tradisi.
c)      Kesempatan menambah ilmu di desa sangat terbatas.
Faktor penarik urbanisasi
a)      Kota merupakan pusat kegiatan perekonomian, pemerintahan, administrative dan indsutri
b)      Kota menghimpun modal usaha yang lebih besar dan terkonsentrasi, baik dalam bidang transportasi, perkantoran, perdagangan maupun bidang jasa.
c)      Kota member peluang yang tidak terbatas untuk mengembangkan jiwa dan potensimanusia.
d)     Akibat indsutrialisasi membuka lapangan kerja yang lebih banyak.
Dengan adanya faktor pendorong dan faktor penarik, maka arus urbanisasi semakin besar. Akan tetapi harapan warga desa untuk memperbaiki nasib di kota tidak selamanya berjalan baik. Persaingan dan kerasnya kehidupan kota serta kurangya kemampuan warga desa sering kali menyebabkan warga desa gagal mencapai impiannya.
Semakin derasnya arus urbanjsasi menyebabkan penduduk kota semakin padat, warga kota semakin dinamis, seerta bertindak semakin rasional. Kegiatan sehari-hari pun semakin efisien dengan komunikasi dan informasi yang semakin canggih. Selanjutnya, timbul alam berdasarkan potensi dan keahlian sehingga hampir semua orang sibuk belajar, bekerja dan berorganisasi. Akibatnya, nilai-nilai individu semakin subur.






Faktor-faktor penyebab masyarakat kota bersifat dinamis;
            Masyarakat kota merupakan salah satu bentuk kelompok sosial yang selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Oleh sebab itu, masyarakat kota lebih bersifat dinamis. Beberapa faktor yang menyebabkan dinamika sosial masyarakat kota, adalah :
a.       Faktor pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan masyarakat kota. Melalui pendidikan, baik formal maupun nonformal menjadikan kota lebih siap melakukan persaingan. Pada masyarakat kota stratifikasi sosial lebih didasarkan pada keahlian yang diperoleh memalui pendidikan. Seseorang yang memiliki keahlian dan latar belakang pendidikan yang tinggi akan lebih dihargai dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan rendah.
b.      Urbanisasi
Urbanisasi yang terlampau pesat dan tidak teratur menyebabkan penduduk kota semakin padat.kepadatan penduduk dan tingkat penagguran yang semakin besar menagkibatkan tingkat kriminalitas yang semakin tinggi. Dengan demikian, sikap tidak mudah percaya terhadap orang lain dan sikap individualistis semakin kuat. Di sisi lain, warga desa yang melakukan urbanisasi juga berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakat kota. Nilai-nilai gotong-royong dan nilai-nilai tradisional mulai ditinggalkan dan mengikuti arus perubahan. Oleh karena itu, kelompok sosial masyarakat kota terus berkembang dan berubah sesuai dengan informasi yang diperoleh.
c.       Komunikasi
Faktor informasi dan komunikasi yang serba cepat melalui berbagai media, baik media massa maupun media elektronik memberikan informasi yang dapat mendorong perkembangan dan perubahan masyarakat kota, di antaranya dalam hal berpenampilan. Penampilan merupakan sesuatu yang sangat diperhatikan oleh masyarakat kota, dari mulai model rambut, model baju, dan aksesories lainnya selalu disesuaikan dengan mode yang sedang digemari masyarakat luas. Begitu pula dalam bidang pengetahuan, politik, ekonomi, ataupun hiburan. Semuanya serba cepat berkembang dan berubah sesuai dengan informasi yang diperoleh.
d.      Industrialisasi dan Mekanisasi
Adanya indsutrialisasi dan mekanisasi yang terjadi di kota menyebabkan masyarakat kota semakin bergantung kepada mesin-mesin yang telah meringankan pekerjaannya. Pekerjaan yang semula dilakukan oleh manusia berganti tugas menjadi otomatis, serba cepat. Adanya spesialisasi pekerjaan menyebabkan masyarakat kota ahli dalam satu jenis pekerjaan dan kurang mampu mengerjakan pekerjaan yang lain, dan terkadang banyaknya kemudahan yang dirasakan masyarakat kota menyebabkan ketergantungan terhadap mesin-mesin dan menyebabkan sikap manja.






Perkembangan Masyarakat dalam Berbagai Aspek:
Di samping faktor-faktor tersebut di atas, tentu masih ada faktor-faktor lain yang menyebabkan masyarakat kota semakin berkembang dan semakin heterogen. Apabila dilihat lebih jauh, maka perkembangan masyarakat kota dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, di antaranya adalah aspek ekonomi, aspek sosial, aspek politik dan aspek budaya.
a.       Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi mnerupakan aspek yang berhubungan dengan pemenuhan manusia dan sumber-sumber ekonomi yang terbatas. Pemenuhan kebutuhan ekonomi pada masyarakat kota didasarkan pada ekonomi pasar. Produksi barang dan jasa dilakukan berdampingan. Perkembangan system ekonomi menyebabkan munculnya berbagai kelompok kepentingan yang bergerak dalam bidang ekonomi, seperti koperasi, organisasi para pengusaha dan serikat buruh.
Perkembangan ekonomi dalam masyarakat kota dapat dilihat dari pembangunan pasar swalayan dan pusat-pusat perbelanjaan yang dilengkapi dengan berbagai kemudahan. Transaksi jual beli pun berkembang, selain menggunakan uang tunai sebagai alat pembayaran yang sah, dalam masyarakat kota mulai digunakan system debit dan kartu kredit. 
b.      Aspek Sosial
Dalam kehidupan sosial, mpok-kelompok sosial sebagai bagian dari masyarakat mengalami perubahan. Kelompok kekerabatan mulai memudar digantikan dengan kelompok berdasarkan kepentingan yang sama, hubungan yang erat hanya terdapat pada keluarga inti, nilai-nilai yang dianut lebih pada nilai kontrak kerja dan nilai indivudualistis. Organisasi berdasarkan profesi semakin menjamur, dan hubungan sosial yang terjadi lebih karena adanya kepentingan yang sama.
c.       Aspek Politik
Kesadaran politik masyarakat kota lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat desa. Adanya komunikasi dan informasi yanbg serba cepat menyebabkan masyarakat kota lebih tanggap dan lebih kritis terhadap kehidupan politik. Partai-partai pun berkembang menyatukan anggota masyarakat yang memeiliki ideology yang sama. Apabila terdapat perbedaan paham antara anggota masyarakat dengan elite kekuasaan, maka masyarakat kota lebih berani melakukan protes kan kritikan sehingga kehidupan politik masyarakat kota lebih dinamis dan lebih kritis.
d.      Aspek Budaya
Keterbukaan terhadap dunia luar serta pesatnya rus komunikasi dan globalisasi menyebabkan masyarakat kota merasa lebih modern bila mengadaptasi budaya asing dan mulai meninggalkan budaya tradisional. Generasi muda di kota lebih memilih pertunjukan-pertunjukan yang berasal dari luar negeri disbanding dengan pertunjukan local dan tradisional, begitupun budaya gotong-royong mulai memudar digantikan budaya komersil.




Dampak dari adanya perkembangan masyarakat kota:
Secara umum, adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam suatu kelompok sosial akan membawa dampak, baik dampak positif maupun dampak yang negative. Berikut ini adalah dampak adanaya perkembangan masyarakat kota.
Dampak Positif:
1.      Tingkat pendidikan lebih merata
2.      Komunikasi dan Informasi lebih cepat dan mudah
3.      Profesionalitas lebih terjaga
4.      Perkembangan dalam berbagai bidang lebih terjamin
Dampak Negatif:
1.      Munculnya sikap individualistis
2.      Memudarnya nilai kebersamaan
3.      Munculnya sikap kurang mempercayai fihak lain
4.      Memudarnya perhatian terhadap budaya local
5.      Memudarnya perhatian terhadap budaya likal dan budaya nasional, terutama para generasi mudanya.

6 komentar:

  1. thenks ya materinya sangat bermanfaat

    BalasHapus
  2. hay.. nama saya try., salam kenal..
    makasih udah berbagi ilmu yang bermanfaat..

    oh iya jangan lupa mampir di Tugas dan Materi Kuliah. Saya juga punya materi tentang dinamika kelompok, tapi sudah dalam bentuk makalah. Silahkan lihat Makalah Sosiologi 'Dinamika Kelompok' siapa tahu bisa bermanfaat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga.maaf baru buka blog lagi.sudah 5 tahun tdk saya buka

      Hapus
  3. Materinya bagus. Silahkan kunjungi blog duobos,blog ini sharinh seputar tutorial, info, info unik, informasi penting lainya,blogger, page one, wapper, website, blog, tips dam trik, adsense, dan lainnya yang penting dan sangat bermanfaat

    BalasHapus